Previous slide
Next slide

Kata Kunci :Sawit

Mama Laurensia Yame, seorang perempuan suku Awyu, menyusuri Sungai Digul sembari mencerna kehidupan masa lalunya yang jungkir balik ditelan raksasa sawit. Di tepi sungai, anak-anak berlari dan bermain di ruang hidup yang polos di masa depan hutan Papua yang tersisa. Tatkala perusahaan datang menggusur tanah yang telah mereka diami selama ribuan tahun bahkan dari nenek moyang dahulu, nyanyian Mama Lihat Awan Jatuh itu terdengar sayup-sayup, “Kami manusia tidak tahu harus ke mana”.

Mama Yani dan warga Desa Gane, Halmahera Selatan, Maluku Utara, melawan perusahaan sawit yang menggusur kebun mereka. Baginya, kebun tak ubahnya anak. Dari hasil kebun, Mama Yani bisa menyekolahkan anak dan cucu. Hasil kebun cukup memberi kehidupan. Tapi tidak bagi perusahaan, kawasan produksi sawit seluas 11.003, 90 ha ternyata tak cukup. Terus ingin memperluas, tak peduli dampak buruk bagi warga.