Batu nama adalah identitas orang Mollo, sebab nama kedua mereka terkait melalui hubungan leluhur dengan batu. Begitu pula nama Aleta Cornelia Baun yang lebih dikenal sebagai Mama Aleta, perempuan adat Mollo yang memimpin perlawanan untuk menyelamatkan batu nama, Nausus, sejak 1986 dari perusahaan tambang marmer yang membongkarnya atas izin pemerintah. Perusahaan tambang marmer yang mengeksploitasi wilayah Mollo telah mengakibatkan kerusakan pada ekosistem lokal dan menghancurkan situ-situs suci masyarakat adat setempat.
Bersama para perempuan Mollo, Mama Aleta melakukan perlawanan damai yang terkenal dengan aksi menenun di tapak tambang. Setelah perlawanan sengit pada akhir 2011, empat perusahaan tambang di Mollo berhenti total, dan masyarakat di dua desa, Tune dan Bon’leo, kembali menguasai tanah adatnya.